Jumat, 19 Oktober 2018

membuat bangun ruang dengan meggunakan media plastisin

A.    Pengantar Mengenai  Plastisin
Playdough (play-doh) adalah adonan mainan (play=bermain, dough=adonan) atau plastisin mainan yang merupakan bentuk modern dari mainan tanah liat (lempung). Playdough mudah dimainkan dan disukai oleh balita dan anak-anak. Dengan menggunakan playdough, anak-anak dapat mengekspresikan kreativitas mereka melalui kreasi tiga dimensi. Berikut cara membuat playdough yang higienis dan dengan warna serta aroma yang bisa dipilih sendiri.



Rendahnya hasil belajar matematika siswa pada geometri bangun ruang kubus dan balok dapat disebabkan banyak faktor, baik yang datang dari siswa sendiri maupun dari pihak guru selaku pengajar. Faktor yang timbul dari siswa itu sendiri, di antaranya siswa sulit menguasai konsep dasar tentang pemahaman soal bangun ruang, siswa sering kali keliru membedakan mana yang dinamakan balok dan mana yang dinamakan kubus.
Sedangkan faktor yang datang dari guru selaku pengajar, diantaranya guru mengajar hanya menggunakan pendekatan ceramah atau eksipositori tanpa menggunakan media, sedangkan siswa mendengar, mencatat setelah itu menghapal. Hal ini terjadi juga di kelas IV SDN 3 Jalaksana Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan. Salah satu upaya untuk mengubah kondisi di atas dalam rangka meningkatkan pemahaman siswa, yakni dengan penerapan teori belajar Va Hiele menggunakan media lidi dan plastisin.
 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan disain penelitian tindakan kelas yang digunakan yaitu model siklus yang dilakukan secara berulang dan berkelanjutan (siklus spiral) meliputi tahap-tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penerapan teori belajar Va Hiele menggunakan media lidi dan plastisin dalam penelitian ini memberikan dampak yang cukup baik bagi siswa, yaitu meningkatnya pemahaman siswa pada materi bangun ruang kubus dan balok. Hal ini dapat dilihat pada hasil tes akhir  yang diperoleh siswa.
Pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh adalah 63,9, pada siklus II nilai rata-rata menjadi 69,6 dan pada siklus III nilai rata-rata mencapai 78,8 serta persentase ketuntasan 100%. Penerapan teori belajar Va Hiele menggunakan media lidi dan plastisin juga dapat meningkatkan aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini terlihat pada setiap siklus aspek-aspek yang diamati pada aktivitas siswa menunjukkan perubahan yang meningkat menjadi lebih baik. Pada siklus III, untuk keaktifan, perhatian maupun kerja sama sudah mencapai 100%, hasil ini sudah sesuai dengan target yang diharapkan. Kesimpulan yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah bahwa penerapan teori belajar Va Hiele menggunakan media lidi dan plastisin pada pembelajaran bangun ruang kubus dan balok dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil evaluasi siswa.

B.     Metode Pembelajaran
1. Jika jumlah siswa kurang dari 15, maka kelas bisa dibentuk melingkar, dimana guru bergabung di tengah-tengah siswa, tetapi jika siswa dalam kelas besar, maka kelas bisa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil.
2. Mulai dengan kondisi anak dalam Alfa zone (kondisi paling baik untuk belajar), dengan tepuk, bernyanyi, atau hal-hal menyenangkan lain yang menarik perhatian siswa.
3. Menjelaskan kepada siswa bahwa mereka akan belajar membuat bentuk dengan plastisin/lilin/malam, mulailah dari yang paling sederhana yaitu membuat bulatan. Ajak anak menghubungkan ke dunia nyata yang ada di sekitar mereka, benda apa saja yang bentuknya bulat (cobalah lakukan ekplorasi terhadap anak). Ajak anak untuk menggambar apa yang mereka buat di buku catatan mereka, bagi beberapa anak yang belum bisa membentuk lingkaran dengan baik, plastisin/lilin/malam bisa di pipihkan dan ditempelkan ke catatan, lalu anak diminta mengikuti pola yang ada. Setelah selesai menggambar, tanamkan konsep bahwa yang mereka buat dalam matematika di sebut dengan lingkaran, lalu ajak mereka mengeja setiap huruf yang ada di dalam lingkaran (tematik calistung).
4. Setelah selesai dengan lingkaran, pola yang bisa digunakan adalah membuat segi empat, jangan lupa menghubungkan ke dunia nyata dengan menyebutkan barang-barang apa saja yang ada di sekitar mereka yang berbentuk persegi empat, pola yang sama juga dilakukan seperti lingkaran. Dengan tambahan penjelasan bahwa kenapa disebut segi empat, karena mempunya sisi yang sama panjang (ajak anak merasakan ke empat sisi dari plastisin/lilin/malam buatan mereka sendiri).
5. Minta anak membuat dua persegi empat dengan plastisin/lilin/malam ketika selesai, minta mereka menggabungkannya sehingga menjadi persegi panjang. Anak diharapkan mengerti bahwa perbedaan persegi panjang dan persegi empat terletak pada bagian bawahnya yang lebih panjang.
6. Hal terakhir adalah membuat segitiga, adalah wajar jika ada anak yang kesulitan membuat segitiga, guru pada awalnya bisa membuat pola/cetakan di papan tulis, atau dengan jari, dan mengajak anak mengisi cetakan dengan plastisin/lilin/malam, lakukan sampai anak bisa mandiri tanpa cetakan segitiga. Setelah selesai, mintalah mereka menggambar seperti pada bangun datar sebelumnya dan menuliskan alfabetnya.
7. Untuk memperkuat konsep bangun datar, guru bisa menanyakan secara acak nama-nama bangun yang sudah mereka buat secara acak, apakah mereka sudah memahami konsep sederhana bangun ruang.

C.     Alat dan bahan
1.      Celemek
2.      Pisau cutter
3.      Plastisin dengan berbagai warna.

D.    Cara Pembuatan


            Pada pembuatan bangun ruang ini, tidak memiliki cara yang terstruktur. Melainkan siswa dituntut untuk mengetahui terlebih dahulu konsep bangun ruang itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar